Ina Tanaya
Ina Tanaya Penulis

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Chill and Heal: Kutemukan "Hidden Gems" di Pulau Lombok

28 April 2023   16:23 Diperbarui: 28 April 2023   16:28 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chill and Heal: Kutemukan "Hidden Gems" di Pulau Lombok
Pantai Senggigi-dokpri

Pada hari kedua,  tujuan kami adalah  Bukit Sembalun.   Perjalanannya  cukup jauh dari Senggigi hampir 3 jam, jalan lurus lalu menanjak dan berkelok-kelok pada saat akan tiba di Taman Wisata Pusuk Sembalun.

Taman Wisata Pusuk Sembalun-dokkpri
Taman Wisata Pusuk Sembalun-dokkpri

Saya berdecak kagum melihat pemandangan yang disuguhkan di sekeliling Bukit Sembalun.  Bukit Sembalun yang merupakan kaki Gunung Rinjani.  Tapi saya tidak mendaki ke Gunung Rinjani.   Bukit Sembalun dengan ketinggiannya yang mencapai 2.000 mdpl itu memiliki 7 bukit , Bukit Anak Dara, Bukit Inspirasi, Bukit Pengasingan, Bukit Kondo, Bukit Tanaq Abang, Bukit Lembah Gedong, Bukit Nanggi.

Begitu saya melihat ke bawah terlihat pemandangan persawahan dan suatu desa yang terlihat seperti permadani,  dan kotak-kotak kehijauan .     

Setelah makan siang, kami ingin mengunjungi  air terjun Benang Kelambu. Sayangnya, hujan deras membuat rencana kami batal.  Di  tempat itu  akan licin dan berbahaya bagi pejalan kaki.

Desa Banyumulek

Tembikar di Desa Banyumulek-dokpri
Tembikar di Desa Banyumulek-dokpri

Pada hari ketiga, tujuan kami adalah ke desa-desa Banyumulek, Desa Sade dan Mandalika Kuta.       

Menuju desa Banyumulek  dari Senggigi sekitar 60 menit, dari jalan highway, kamu masuk ke jalan yang sempit .  Tibalah di satu tempat yang halaman rumahnya luas dan terbuka.    Rumah dengan ruang terbuka sangat luas sekali dipakai untuk display semua hasil kerajinan pembuatan tembikar dari tanah liat yang halus dan unik.   Hasil karya berupa alat rumah tangga, asbak, tempayan, kendil, tempat minum, hiasan dinding, dibuat dengan tangan oleh para pengrajin desa warga desa Banyumulek.   

Penenun desa Banyumulek-dokpri
Penenun desa Banyumulek-dokpri

Desa Sukarara

Dari desa Banyumulek kami meluncur ke Desa Sukarara.   Begitu sampai di tempat parkir, kami disambut oleh seorang perempuan muda yang mengantar kami ke tempat dua orang penenun songket.  Saya  melihat bagaimana dua perempuan paruh baya itu menenun dari benang emas menjadi kain yang sangat halus dan sering disebut dengan kain songket.  

 Kain Songket dikerjakan secara turun temurun, dan diceritakan bahwa sebagai perempuan suku Sasak dilahirkan dengan talenta sebagai penenun sejak kecil.  Apabila pada usia 17 tahun seorang perempuan belum bisa menenun,  perempuan itu tak diizinkan untuk menikah.  Lamanya menenun kain songket sekitar 1 bulan, tergantung kesulitan dari kain tenun yang ingin dihasilkan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun