Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Guru

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Tips Aman Mudik: Belajar dari Pengalaman Mendebarkan di Jalanan

11 Maret 2024   13:56 Diperbarui: 12 Maret 2024   08:55 1646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tips Aman Mudik: Belajar dari Pengalaman Mendebarkan di Jalanan
Sumber Gambar: Kompas.id

Saya tundukkan kepala menyentuh tanah, untuk bersujud syukur kepada Sang Pencipta Alam Semesta atas kesempatan kedua yang diberikan kepada kami. Saya dan keluarga hampir saja terjun ke jurang!

Sepakat dengan Kompasianer Andre Lolong. "Risiko keselamatan kita hanya ditanggung hanya selebar telapak tangan kita," ujarnya menggambarkan lebar ban mobil yang kurang lebih selebar telapak tangan.

Benar, hampir saja saya mengalami kejadian nahas bersama keluarga, salah satunya adalah karena masalah ban. Kejadian itu terjadi pada tahun 2016, kesan dan pengalamannya masih terasa segar dalam ingatan.

Perjalanan kami bersama keluarga menuju kampung halaman mertua di Desa Pucung Bedug, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, dimulai dengan sedikit keraguan. Mobil yang akan kami gunakan adalah manual, padahal saya lebih terbiasa dengan mobil otomatis.

Awalnya, saya ingin menunda perjalanan sejenak sampai saya yakin untuk mengendarai mobil manual, karena desakan dari istri, akhirnya saya terpaksa melanjutkan perjalanan.

Perjalanan dari Lampung ke Banjarnegara cukup melelahkan juga menyenangkan. Kami disuguhi pemandangan-pemandangan menakjubkan sepanjang perjalanan, mulai dari keindahan Gunung Sundoro dan Gunung Sumbing hingga hamparan sawah yang hijau, yang menjadi penghibur di tengah kepenatan.

Perjalanan itu menjadi salah satu yang akan selalu kami ingat. Mobil yang kami naiki hampir saja mengalami kecelakaan di kawasan Purworejo karena ban yang slip.

Kendaraan kami kehilangan kendali saat menuju ke rumah salah satu keluarga yang akan kami kunjungi. Saya bahkan tidak menyangka kami akan selamat dan dapat menuliskan cerita ini sekarang.

Mengingat kembali kejadian itu, saya merasa sangat bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas kesempatan kedua yang diberikan kepada saya dan keluarga.

Bayangkan, mobil kami sudah berada di tepi jurang dengan ketiga ban berada di bibir jurang. Untungnya, ban sebelah kanan depan masih tersangkut oleh cor-coran jalan.

Saya menjadi orang terakhir yang harus tetap berada di mobil untuk tetap menahan setir agar mobil tetap berada pada posisi yang aman. Sebab, jika saya keluar dari mobil, kemungkinan mobil akan meluncur terjun bebas ke jurang.

Pertolongan akhirnya datang dari warga setempat yang membantu menarik kendaraan kami, dan akhirnya kami selamat tanpa ada yang kurang. Saya tidak pernah membayangkan akan selamat, terutama saat ban mobil slip. 

Awalnya karena ban slip, mobil terbanting ke arah kanan, menghantam tebing. Saya berusaha memutar setir ke kiri, tapi malah membuat mobil menuju jurang. Beruntung adik saya spontan menarik rem tangan, sehingga mobil berhenti. Alhamdulillah, kami selamat.

Pengalaman itu memberikan saya pelajaran berharga. Saya ingin berbagi beberapa hal sebagai evaluasi perjalanan kami dan juga sebagai saran atau tips bagi mereka yang akan melakukan perjalanan mudik, terutama bagi pemudik pemula yang akan mengendarai mobil atau kendaraan pribadi mereka.

Pertama, Periksa Kondisi Ban

Kondisi ban merupakan salah satu faktor utama dan krusial ketika akan melakukan perjalanan, baik itu perjalanan dekat maupun jauh. Sangat berbahaya jika kondisi ban tidak memenuhi standar untuk digunakan dalam perjalanan.

Kecelakaan bisa dimulai dari sini, seperti yang saya alami, di mana slip ban hampir membawa saya dan keluarga menuju pada akhir yang tragis.

Setelah saya menyadari, ternyata ban yang kami gunakan tidak cocok untuk digunakan di jalanan yang licin dan berlumpur, sehingga ban kehilangan daya cengkeramannya pada permukaan tanah, hampir menyebabkan kecelakaan.

Beruntung, adik saya yang duduk di samping pengemudi sigap dalam menarik tuas rem tangan. Meskipun mobil tidak langsung berhenti, momentum untuk meluncur sudah berhasil diredam akibat pengereman. Keberuntungan juga datang ketika ban di bawah kemudi 'nyantol' pada cor-coran jalan yang sedikit menonjol. 

Hal pertama yang saya periksa sebelum melakukan perjalanan sekarang adalah, kondisi ban, mulai dari keausan, kekurangan angin, atau kerusakan lainnya.

Salah satu kebiasaan yang saya terapkan untuk menjaga kondisi ban tetap prima adalah dengan menjaga tekanan ban sesuai dengan pengaturan default pabrik yang biasanya tertera di pintu kemudi.

Jadi, memeriksa kondisi ban sangatlah penting. Beberapa waktu yang lalu, saya bersama keluarga melakukan perjalanan di daerah dengan medan lumpur yang dalam dan licin.

Beruntung, ban yang kami gunakan adalah tipe MT (Mud Terrain) yang memang dirancang untuk menghadapi medan tanah, lumpur, atau off-road, sehingga kami dapat melintas dengan lancar.

Poin pentingnya adalah, memeriksa kondisi ban adalah langkah yang sangat penting sebelum memulai perjalanan, baik itu perjalanan jarak jauh maupun dekat. Karena, tidak peduli seberapa jauh perjalanan kita, ban yang tidak layak bisa mengakibatkan kecelakaan serius.

Kedua, Tanyakan Kondisi kepada Keluarga

Ini adalah hal yang sayangnya tidak saya lakukan: bertanya tentang kondisi terbaru dari lokasi yang akan kami kunjungi. Padahal, ini sangat penting. Mungkin bagi mereka yang sudah tinggal di sana, kondisi itu sudah menjadi hal yang biasa dan mereka terbiasa dengan medan yang ada. Bagi kami yang baru melintas, tidak mengenal medan yang akan kami hadapi menjadi masalah besar.

Saya merasa percaya diri dengan kondisi mobil dan juga dengan daerah yang akan kami tuju. Tanpa bertanya, kami pun langsung menuju lokasi saudara yang akan kami kunjungi. Ternyata kondisinya jauh dari apa yang saya bayangkan.

Kami harus melewati medan yang sama sekali tidak pernah terlintas di pikiran saya sebelumnya. Jalan sempit, licin, dengan jurang dan tebing, resikonya sangat kompleks. 

Saya merasa agak kesal kepada saudara yang kami kunjungi, mengapa mereka tidak memberi tahu sejak awal tentang kondisi jalanan yang sebenarnya.

Saya sadar bahwa kesalahan itu sebenarnya bukanlah mereka, melainkan saya sendiri yang tidak mempersiapkan diri dengan baik.

Setidaknya, jika saya sempat bertanya kepada saudara yang akan kami kunjungi, mereka pasti bisa memberikan gambaran mengenai jalur-jalur yang aman dan rawan yang harus dihindari atau dilewati dalam perjalanan.

Pelajaran berharga yang saya ambil dari pengalaman itu adalah pentingnya untuk selalu berkonsultasi dengan orang-orang yang familiar dengan daerah tujuan sebelum memulai perjalanan, terutama untuk memperoleh informasi tentang medan yang akan dihadapi.

Ketiga, Konsultasikan dengan Mereka yang Sering Melintas

Hal ini juga sangat penting, karena dengan bertanya kepada mereka yang sering melintasi suatu daerah, kita akan mendapatkan wawasan tentang medan yang akan kita lalui selama perjalanan. Ini akan memberikan kepercayaan diri dalam memilih rute perjalanan.

Perjalanan yang saya lakukan merupakan perjalanan perdana saya sebagai pengemudi. Biasanya, saat ke Jawa, saya hanya mengikuti kemana saja yang dituju oleh sopir, hehe.

Rasa percaya diri saya membuat saya sedikit lengah. Hanya mengandalkan kepercayaan diri dan aplikasi Google Maps, tanpa menyadari bahwa saya hampir saja tersesat. Google Maps menunjukkan rute melalui jalan pintas yang jarang digunakan oleh pemudik.

Meskipun kami akhirnya sampai tujuan, saya mengambil pelajaran berharga dari pengalaman itu. Ketika akan melakukan perjalanan jauh, terutama jika kita belum pernah melintasi daerah itu sebelumnya, lebih baik untuk memperkaya wawasan dengan bertanya kepada rekan, kerabat, atau siapa pun yang sudah sering melintas di daerah tersebut.

Dengan cara ini, kita akan lebih yakin dalam memilih rute perjalanan, serta memahami resiko medan yang akan dihadapi. Kita akan mengetahui jalur yang aman dan rawan, sehingga bisa membuat keputusan yang lebih baik dalam perjalanan.

Keempat, Jangan Bepergian Sendirian

Bayangkan jika malam itu saya nekat pergi sendirian, mengemudi sendiri, mengalami slip ban sendirian, dan panik sendirian, tanpa adanya adik di samping saya yang pada saat kejadian slip ban di siang hari langsung menarik tuas rem tangan.

Ini adalah hal yang patut disyukuri dari kejadian yang saya alami seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya. Awalnya, saya bermaksud untuk meninggalkan rombongan, istri dan anak-anak, di homestay yang berdekatan dengan Borobudur. 

Saya merasa kasihan melihat mereka yang terlihat kelelahan akibat perjalanan panjang.

Niat awal saya malam itu adalah untuk pergi sendirian, dengan rencana menginap di tempat saudara yang akan saya kunjungi. Untunglah niat itu dicegah oleh istri. 

Saya teringat betapa mencekamnya saat hampir saja masuk ke dalam jurang ketika dalam perjalanan menuju rumah salah satu saudara yang akan kami kunjungi.

Saya bersyukur bahwa saya mendengarkan nasihat istri untuk tidak nekat mengemudi sendirian malam itu. Kalau tidak, mungkin cerita ini tidak akan pernah saya tulis.

Pelajaran yang bisa saya ambil adalah bahwa ketika bepergian, terutama dalam perjalanan jauh yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, lebih baik untuk tidak bepergian sendirian. 

Setidaknya, dengan bersama teman atau keluarga, kita bisa saling menolong satu sama lain, atau membantu saat kendaraan mengalami masalah.

Kenapa harus pada siang hari? Karena pertolongan akan lebih mudah didapat saat siang hari. 

Pada malam hari, kondisi jalan cenderung sepi dan banyak orang tidak lagi aktif di jalanan, sehingga bantuan menjadi sulit didapat jika terjadi masalah.

Wasana Kata

Tidak ada yang ingin terkena musibah, dan kita tidak pernah tahu kapan musibah akan datang. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat meminimalisir risiko-risiko buruk yang mungkin terjadi selama perjalanan mudik.

Perawatan kendaraan adalah hal utama yang harus diperhatikan sebelum melakukan perjalanan jauh. Sebenarnya, ada banyak persiapan yang biasa saya lakukan sebelum berangkat.

Saya suka membawa bekal lontong, sambel tempe, atau orak-arik kentang sebagai persiapan untuk mengatasi rasa lapar saat dalam perjalanan. Makanan-makanan itu umumnya tahan lama dan praktis untuk dibawa saat perjalanan.

Kuota internet juga menjadi hal yang penting, pastikan untuk membawa nomor dengan provider yang memiliki jangkauan sinyal yang kuat di mana pun Anda berada. 

Sering kali, saya kehilangan sinyal saat melakukan perjalanan di daerah terpencil. Tidak ada gunanya memiliki kuota penuh jika sinyal tidak ada. Kuota internet sangat penting, terutama untuk keadaan darurat.

Beberapa hal yang saya sebutkan di atas seringkali terlupakan atau diabaikan oleh banyak orang. Merasa yakin dengan kemampuan mengemudi dan terlalu percaya diri dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, seperti yang hampir dialami oleh saya dan keluarga.

Kami bersyukur kepada Allah karena selamat, dan diberikan kesempatan kedua. Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi saya dan pembaca lainnya ketika akan melakukan persiapan perjalanan. 

Hati-hati di jalan, semoga selalu dalam perlindungan Sang Pencipta Alam Semesta.

Oh ya, saya juga ingin bertanya kepada Bapak Andre Lolong, berdasarkan pengalaman saya di atas, saya akhirnya memutuskan untuk menggunakan ban tipe MT (Mud Terrain) pada kendaraan saya di rumah. 

Meskipun berisik saat melaju di jalan raya, saya merasa nyaman ketika menghadapi medan berlumpur.

Apakah keputusan saya ini tepat, Pak? Apakah ada plus dan minus ketika menggunakan ban tipe MT ini setiap hari untuk aktivitas sehari-hari, terutama di jalan raya dengan medan lumpur yang minim?

Terima kasih atas perhatiannya, Pak Andre Lolong. Berharap bapak dapat menjawab pertanyaan saya ini. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun