kaekaha
kaekaha Wiraswasta

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menyambangi Acil Wati di "Pencerekenan" Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya

19 Maret 2025   23:26 Diperbarui: 19 Maret 2025   23:30 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyambangi Acil Wati di "Pencerekenan" Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya
Menyambangi Acil Wati di "Pencerekenan" Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya | @kaekaha

Berbelanja sayur-mayur dan bahan-bahan pangan kebutuhan keluarga kami sehari-hari, sejak awal kami (saya dan isteri) sepakat untuk bersama-sama membangun rumah tangga, kita putuskan menjadi tugas saya, kecuali kalau saya memang sedang ada dinas ke luar daerah, baru isteri yang turun langsung ke pasar menggantikan saya berbelanja kebutuhan sehari-hari. 

Eh iya! Banyak sih yang bertanya, kok bisa sih laki-laki belanja ke pasar atau ke warung? Bukannya biasanya perempuan atau isteri yang ke pasar? Serasa anomali? 

Baca Juga Yuk! Semua Menang, Semua Senang di "War Takjil" Pasar Wadai, Banjarmasin

Begini, sejak kecil saya memang paling suka kalau diajak ibu saya berbelanja ke pasar, hingga akhirnya sampai sekarang saya paling hobi menjelajah ke pasar tradisional. Bagi saya, berinteraksi dengan dinamika aktifitas masyarakat di pasar tradisional itu selayaknya healing gratisan yang nggak ada obatnya! 

Di pasar, saya bisa bertemu dengan banyak momen kehidupan, tradisi, budaya yang luar biasa dan juga orang-orang  dengan latar belakang juga karakter beragam yang akan memperkaya wawasan, pemahaman dan juga kesadaran saya akan keberagaman, perbedaan dan juga nilai-nilai kehidupan yang wajib diperjuangkan. Berada di dalamnya, benar-benar serasa refreshing  kawan!

Suasana Pasar Sayur Kindai Limpuar di Gambut, Kalimantan Selatan | @kaekaha
Suasana Pasar Sayur Kindai Limpuar di Gambut, Kalimantan Selatan | @kaekaha

Nah salah satu pertemuan saya dengan orang-orang pasar yang mengantarkan saya pada hikmah yang begitu menginspirasi saya dan juga keluarga, salah satunya adalah perjumpaan kami lebih satu dekade silam dengan Acil Wati atau lengkapnya Acil Suwati, pedagang pencerekenan atau pemilik kios sembako tradisional di kampung sebelah yang biasa berjualan sampai malam. 

Kebetulan saat itu, kami yang kesulitan mencari rempah-rempah yang lumayan langka di pasar Ahad bertemu dengan sidin (beliau;bahasa Banjar) yang juga sedang berbelanja kelengkapan kedainya di bagian grosir dan beliau menyarankan kami agar mengunjungi pencerekenan milik beliau di kampung sebelah, karena rempah yang kami cari ada dijual juga. 

Baca Juga Yuk! Menu Baru dan Keluarga Baru, "Insight" Buka Puasa Seru di Pedalaman Kalimantan

Kedai pencerekenan Acil Wati saat itu tidak terlalu besar, kira-kira berukuran 2 x 2 meter dengan di dominasi barang jualan berupa sembako dan sayur-sayuran segar, tidak ada yang istimewa sama seperti pencerekenan lainnya, tapi pembelinya itu lo yang bikin saya salfok, sampai antri!

Apa gerangan rahasianya? Teryata, perantauan dari Kabupaten Kediri, Jawa-Timur lebih dari 3 dekade silam tersebut sering memberikan paket sembako gratis kepada semua langganannya. Paketnya sih nggak seberapa tapi lumayan bermanfaat, seperti 2 mie goreng sama 2 butir telur atau 0,5 kg gula, itu saja. Selalu berbeda-beda setiap periodenya.

Dagangan Acil Wati | @kaekaha
Dagangan Acil Wati | @kaekaha

Satu lagi, mungkin ini yang terdengar agak ganjil, nggak lazim dan nggak umum! Acil Wati selalu "memutihkan" atau menghapus semua hutang dari pelanggannya setiap menjelang Ramadan tiba. Luar biasanya,  Acil Wati tidak hanya memutihkan hutangnya saja, tapi masih juga memberikan paket sembako minimalis seperti biasanya.

Utang-utang pelanggan ini, kabarnya bernilai dari puluhan ribu sampai seratusan ribu per-pelanggannya dan memang nggak semua pelanggan dapat fasilitas hutang ini, kabarnya hanya pelanggan-pelanggan "senior" dengan kriteria benar-benar tidak mampu saja yang mendapatkan fasilitas ini. 

Baca Juga Yuk! Belajar dari Ketekunan dan Kejelian Nini Menabung Emas Demi Berhaji yang Lebih Murah dan Berkah 

Jujur, saya sebenarnya masih bimbang sih, kok masih ada orang macam Acil Wati ya!? Mau percaya tapi kok rasanya nggak masuk akal, tapi mau gak percaya kok buktinya ada dihadapan mata! Kerennya, semua rahasia ini saya dengar justeru bukan dari Acil Wati-nya sendiri, tapi dari beberapa pelanggan yang sedang antri untuk belanja kebutuhan sehari-hari. 

Kalau yang ada di hadapan saya adalah toko grosiran besar, logika saya pasti masih bisa menerima. Lha ini!? Bahkan menurut beberapa pelanggan "senior" lainnya, mereka juga diberi bantuan sembako, terutama beras saat benar-benar tidak punya uang untuk membeli, syaratnya mau ngomong langsung  kepada Acil Wati. 

Menyambangi Acil Wati di Pencerekenan Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya| @kaekaha
Menyambangi Acil Wati di Pencerekenan Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya| @kaekaha

Dari obrolan dengan Acil Wati dan suaminya beberapa hari lalu, sedikit terungkap rahasia. Acil Wati menyebut kiosnya ini sebagai ladang rezeki dan juga amalnya. Semua yang dilakukannya, tidak lebih dari upayanya untuk memutar rezeki yang diberikan Allah SWT agar biasa dinikmati oleh orang-orang yang membutuhkan juga. 

Beliau juga menyebut, ketiga anaknya yang semuanya tinggal di Jawa sudah mapan semua dan sepertinya tidak ada yang berniat meneruskan usaha kedua orang tuanya. Jadi ya dengan cara berbagai itulah Acil Wati mengaku mencoba melestarikan kiosnya yang sekarang semakin membesar dengan isi dagangan yang juga semakin sesak dan pastinya jauh lebih lengkap! Luar biasanya, pelanggannya tetap seperti dulu. 

Baca Juga Yuk! Mengaktifkan Fitur LOGIKA untuk Ramadan Hemat Finansial Sehat!

"Kios ini sudah memberi saya kehidupan yang jauh lebih dari kata cukup, rumah, mobil, pergi ke tanah suci dan juga anak-anak yang semuanya sudah sukses dengan kehidupan bersama keluarganya masing-masing. Apalagi yang saya cari, kalau nggak ridhanya Allah! dengan cara berbagi seperti ini mas? Lha wong semua ya nggak kami bawa mati!" Kata Acil Wati Sore itu.

Sekarang kios Acil Wati yang lebih cocok disebut sebagai toko daripada kios, ukurannya bisa 4 kali lipat lebih besar dari waktu pertama saya berkunjung, tapi keramahan dan kehangatanya tetap sama seperti yang dulu!

Menyambangi Acil Wati di Pencerekenan Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya| @kaekaha
Menyambangi Acil Wati di Pencerekenan Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya| @kaekaha

Ditengah-tengah obrolan yang semakin hangat, Acil Wati  menitipkan satu amalan doa yang katanya baik dibaca kalau memasuki pasar atau tempat keramaian yang didalamnya memungkinkan banyak transaksi jual beli apa saja. Katanya doa ini cocok buat saya yang suka blusukan di pasar. Mungkinn juga anda!

Lafaz doanya "LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL-MULKU WA LAHUL-HAMDU, WA HUWA 'ALA KULLI SYAI'IN QODIIR"  kata beliau, fadilah dari doa ini sungguh luar biasa. "Siapa yang membaca doa di atas ketika masuk pasar, Allah akan mencatat untuknya satu juta kebaikan, dan menghapuskan darinya satu juta keburukan." 

Baca Juga Yuk! Berusaha Melazimkan Setiap Detik Waktu Kita Bernilai Ibadah

Belakangan saya baru tahu, doa atau dzikir ini ternyata bersumber dari  hadits Rasulullah dengan derajat hasan yang diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam ad-Du'a (2/1167/793) juga Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid az-Zuhd (hlm. 214) dan ini yang semakin membuat saya jatuh cinta untuk menjelajahi pasar tradisional. Yuk diamalkan mulai sekarang teman-teman! (BDJ20325).

Semoga Bermanfaat

Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun