Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon
[Cerpen] Bandit Bertopeng Sarung
"Waduh," kata si Bandit melihat ada anak panah yang menempel di karung.
Saat si Bandit menengok ke belakang, sebuah peluru batu melesat ke arah wajahnya. Secepat menghindar. Peluru batu itu gagal mengenai sasaran.
"Woi, bahaya... Jangan bunuh aku!" teriak si Bandit.
Hingga kemudian langkah bandit terhenti. Jalan buntuh. Sebuah batu besar menghalangi jalannya.
Tiga orang yang mengejarnya pun telah sampai dan membentuk formasi menghadang. Mereka kini saling berhadapan.
Si Bandit bernafas tersengal-sengal. Kain sarung yang menutupi wajahnya sudah basah dengan keringat.
"Sudahlah, menyera saja kau, Bandit," kelakar Kapten dengan sok berwibawah.
Prajurit satu menarik anak panah yang mengarah ke tubuh si Bandit. Begitu juga dengan Prajurit dua yang sudah membidik dengan ketapelnya.
"Ampun. Jangan serang aku dengan senjata itu!"
"Jika tidak mau tersakiti, lepaskan barang curian itu. Kamu kami tangkan. Selesaikan masalah ini secara hukum di pengadilan!" kata Kapten.
Si Bandit merasa terpojok. Bungkusan karung di punggungnya diturunkan.