Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon
[Cerpen] Bandit Bertopeng Sarung
"Ampun saya nyerah," katanya memelas.
Sang Kapten dan Prajuritnya tertawa girang. Merasa pengejaran Bandit kali ini sangat gampang ditangkap.
Tangan si Bandit merogoh ke dalam karung. Mengambil sesuatu.
"Hai gendut, ketapelmu membahayakan," kata Si Bandit.
Prajurit dua yang akhli membidik musuh dengan ketapelnya ketawa. Perutnya yang gembul terlihat bergoyang-goyang.
"Kamu pasti lapar, tangkap ini," kata Si Bandit sambil melemparkan pisang. Si Gendut sangat senang sekali menerima pisang.
Mumpung perhatian Prajurit dua tertuju ke pisang, Bandit tengil itu ambil kesempatan untuk menerobos dan kabur dengan mudahnya.
"Gendut sialan, makanan saja di otakmu!" kata Kapten dengan wajah marah.
Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Memasuki perkebunan. Melewati jalan setapak. Sesekali tubuh harus merunduk ketika melewati ranting pohon.
Si Bandit sampai di tepi sungai. Ia tertawa senang. "Akhirnya sampai juga ke sungai. Di mana jembatannya? Saya salah ambil jalan ini," katanya sambil mencari-cari jembatan kayu yang dijadikan jembatan.
Si Bandit terus berjalan ke arah barat. Sampai matanya melihat ada jembatan kayu melintang di atas sungai.