Sekadar Teks Tertulis yang Kacau
Ia bukan berasal dari tulisan yang membuat aliran gambar berubah menjadi aura penderitaan.
Bukankah tulisan berbeda dengan ilusi? Aliran tulisan seiring aliran hasrat.
Kadangkala kita lebih mengikuti ilusi daripada ketidakhadiran makna di balik tulisan. Ketidakhadiran makna dan bagi yang lainnya menunggu meledak dalam keindahan tubuh.
Lihatlah, lintasan dan jejak peristiwa dan pengalaman artistik diperhatikan sampai kepada pemenuhan logika sederhana dan menjadikan pilihan tepat sebagai bagian dari pengetahuan baru!
Dalam aliran hasrat, subyek memahami kekuatan obyek yang memisahkan dirinya dengan tatanan proyeksi, suatu jalan terjal dan berliku-liku melalui apa yang bukan khayali dan persepsi belaka.
Bayangan diri lebih tinggi daripada keindahan, karena keindahan dapat dimiliki oleh subyek akan memahami dirinya melalui tubuh. Lalu, keindahan tubuh (aura kekerasan rasial, seksual) bukanlah suplemen dari tubuh atau obyek yang kita lihat sebagai penampakan paling telanjang, tetapi bayangan dari ketidakhadiran petanda transendental. Sebaliknya, menarik diri dari tipuan representasi gambar asli.
Tubuh yang digambarkan melalui tulisan tidak lebih dari pernampilan dalam relasi timbal-balik (seperti sensasi kesenangan melalui tubuh). Tubuh yang menempatkan dirinya di bawah obyek yang sama dengan kadar mawas diri maupun skandal terselubung terjadi antara hasrat dan tubuh.
Sedangkan perkara berikutnya, gairah (di balik tubuh rasial) sedapat mungkin digambarkan dalam rezim tanda, yang diletakkan di pusat lingkaran teka-teki peristiwa tragis. Kita tetap perlu melihat peristiwa tragis.
Obyek-obyek yang diketahui tetaplah pada tempatnya. Tulisan subversif bakal ditemukan setelah aliran-aliran deras gambar peristiwa yang dianggap sepeleh oleh pihak tertentu.
Tetapi, tubuh yang ”dimainkan” secara berulang-ulang oleh para pemain tenar ternyata memilihnya sebagai fantasi dan kesenangan yang khas.
***